Oleh : Desi Damayanti, S.Pd. (Guru TK IT Permata Madani)

Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor penting pada anak. Kepercayaan diri berperan besar terhadap kemampuan anak untuk bersosialisasi. Kepercayaan diri dapat dipengaruhi oleh pola asuh yang
diterapkan orang tua.

Faktor mendasar dalam pembentukan
kepercayaan diri anak selain melalui pola asuh dan interaksi orang tua, juga hadir melalui perhatian, cinta, kasih sayang dan penerimaan serta kelekatan emosional yang ditujukkan orang tua dengan tulus pada anak.

Tentu, kepercayaan diri tidak tumbuh dengan sendirinya. Hal itu dapat dipengaruhi
berbagai faktor diantaranya dukungan orangtua/guru dan lingkungannya di rumah maupun
di sekolah. Dukungan itu merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan karena peran penting dapat menciptakan dorongan dan rangsangan dalam proses menumbuhkan percaya diri pada anak.

Apabila terdapat salah satu lingkungan yang tidak mendukung
pertumbuhan dan perkembangan anak, maka kepercayaan diri pun akan sulit diperoleh anak.

Anak yang sering dibatasi atau sering mendapatkan hukuman akan tumbuh menjadi pribadi yang pemalu, menarik diri, ragu, cemas, serta rasa takut sehingga hadir ketidaknyamanan dengan segala kondisi
lingkungan di sekitarnya, sehingga harga diri anak tidak
dapat berkembang secara optimal.

Anak yang memiliki kepercayaan diri yang rendah akan mengalami banyak kegagalan dalam
menunjukkan potensi diri yang dimilikinya karena tidak adanya kesempatan yang
diperoleh untuk menumbuhkan rasa percaya dirinya.

Faktor-faktor penyebab anak kurang percaya diri, diantaranya:

  1. Anak tidak diberi kesempatan.
  2. Anak dipermalukan di depan umum karena melakukan kesalahan.
  3. Anak mendapatkan hukuman
  4. Pola asuh orang tua otoriter.

Berikut beberapa strategi yang bisa dilakukan orang tua dan guru dalam menumbuhkan rasa percaya diri pada anak agar dapat bersosialisasi di lingkunganya, diantaranya:

  1. Menjadi pendengar yang baik.

Sesibuk apapun kita (orang tua/guru), ketika anak meminta perhatian, cobalah fokuskan perhatian kita dan dengarkan anak dengan sungguh-sungguh. Karena bila anak
diabaikan akan membuat ia merasa tidak diterima, tidak berharga, dan tidak layak untuk diperhatikan.

  1. Menunjukan sikap menghargai.

Hargailah apapun pendapat dan keinginan anak (sekalipun keinginan anak belum bisa dipenuhi). Memaksa anak untuk selalu menuruti keinginan orang tua akan merusak rasa percaya dirinya.

  1. Hindari kata “Jangan”

Ketika anak ingin membantu pekerjaan orang tua/guru (meskipun sebenarnya belum mampu), biarkan ia membantu tentu dengan pengawasan dan pendampingan kita. Hal tersebut dapat menghadirkan rasa bangga apada dirinya karena dipercaya mampu melakukannya.

Contohnya, Kalau anak ingin mengambil sendiri lauk di meja makan saat makan bersama, berilah kesempatan dan dukung ia meskipun
masih belum terlalu lihai saat melakukannya. Selain perhatian dan
dukungan, berikan anak kebebasan untuk melakukan apa yang sudah biasa.

Semua itu akan membuat anak mengerti dan percaya tentang dirinya bahwa ia bisa dan memang bisa.

  1. Hindari dari “menyelamatkan”

Sebagai orang tua memang wajar melindungi anak agar tidak terluka, tidak merasa takut, atau tidak berbuat kesalahan. Namun anak juga perlu belajar dan tahu secara langsung kalah, jatuh,
dan gagal itu hal yang biasa wajar.

Anak belajar menjadi sukses ketika
mereka berhasil mengalahkan rintangan dengan upayanya, bukan dari upaya orang tua yang
membantunya menyingkirkan rintangan tersebut. Dengan demikian
anak akan belajar mandiri dan percaya pada dirinya sendiri.

  1. Memupuk minat dan bakat anak melalui beragam aktivitas.

Beri dorongan agar anak mampu menemukan bakat dan jenis aktivitas yang disukainya.

  1. Mengajak anak dalam memecahkan masalah.

Kepercayaan diri anak terbangun ketika ia berhasil bernegosiasi dalam mendapatkan apa yang dikehendakinya. Orang tua/guru dapat mengajarkan anak mencoba memecahkan masalahnya
sendiri.

Sebagai contoh, jika anak menghampiri orang tua dengan
keluhan bahwa mainannya direbut oleh temannya di tempat bermain,
tanyakan pada anak cara apa yang bisa dilakukannya agar mendapatkan mainannya kembali.

  1. Mengajak dan memberikan kesempatan anak untuk berinteraksi dan bersosiaalisasi dengan orang-orang sekitar lingkungannya.

Anak akan senang bergaul dengan teman sebayanya, namun juga
penting baginya untuk berada di antara orang dewasa.

Menghabiskan waktu dengan orang yang lebih tua akan memperluas cakrawala anak.

  1. Ajak anak untuk berkhayal mengenai masa depan.

Ketika anak bisa membayangkan bahwa ia akan melakukan hal
yang berguna saat mereka dewasa, anak akan merasa lebih percaya diri di masa kanak-kanaknya.

Ajaklah anak berdiskusi mengenai bagaimana orang dewasa memilih profesi yang sedang
ditekuni. Bahkan ketika nanti anak mengubah cita-citanya, yang
paling penting adalah dia sudah memikirkan tujuannya di masa depan.

Referensi :
https://ejournal.iainponorogo.ac.id/index.php/kindergarten/article/download/618/458/

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *